Arsitek Tidak Harus Jago Gambar?

Arsitek Tidak Harus Jago Gambar?

Menjadi Arsitek Tidak Harus Jago Gambar?

Perkara gambar-menggambar memang sudah lekat sekali dengan dunia Arsitektur. Kalau kebanyakan orang beranggapan bahwa Arsitek atau mahasiswa Arsitektur pastilah orang-orang yang pandai menggambar. Saya yakin hampir semua mahasiswa Arsitektur di seluruh Indonesia pasti pernah dapat komentar seperti yang saya tulis pada percakapan di ini.

Tidak mutlak harus, tapi penting. bayangkan kita sedang bertemu dengan klien. Tidak mungkin bawa-bawa laptop lalu ngutak-atik SketchUp atau AutoCAD, sementara klien kita mengemukakan desain yang ia inginkan. Tentu sangat tidak efisien. Untuk itu, membuat sketsa dengan kertas dan pensil tetap jadi juara. Atau dengan kemanjuan teknologi sekarang, tablet dengan aplikasi free-sketching. apapun itu, keduanya tetap butuh kemampuan menggambar yang memumpuni.

Ide dan Konsep Rancangan yang kuat

Gambar sebagus apapun tidak akan berarti jika konsep rancangan yang diusung biasa-biasa saja atau malah buruk. Dalam Arsitektur, gambar hanyalah media atau penyampaian, yang utama tetap rancangannya. Gambarnya, gambar itu ibarat amplop dan konsep rancangan ibarat surat . Mana yang lebih penting, amplop atau isi suratnya.

Daya Bayang Ruang yang Baik

Arsitektur pada dasarnya adalah seni mengolah ruang. Jadi sudah sewajarnya seorang arsitek memiliki daya bauang ruang atau kemampuan spesial yang baik, tidak hanya membuat gambar yang terlihat bagus, seorang arsitek juga harus membayangkan bagaimana “rasanya” berada pada ruang tersebut ketika rancangan tersebut nantinya telah dibangun dengan begitu rancangan yang ia hasilkan bisa lebih hidup.

Kemauan dan Ketekunan

Jago menggambar saja tidak akan cukup untuk menjadi Arsitek bila tidak disertai dengan kegigihan. Kuliah dijurusan Arsitektur tidak bisa dibilang mudah. Sekalipun gambarnya bagus, kalau telat mengumpulkan tugas atau malah tidak mengumpulkan sama sekali karena malas-malasan atau manajemen yang kurang baik, ujung-ujung ya dapat nilai yang kurang.

Begitu juga sebaliknya, meskipun hanya memiliki kemampuan menggambar yang pas-pasan, asalkan rajin dan tekun (mengumpulkan tugas tepat waktu, sering asistensi, sering membaca-baca literatur untuk meningkatkan kualitas rancangan, dsb) hasil yang didapat tentu sepadan.

Empat tahun perkuliahan bukanlah waktu yang singkat untuk melatih kemampuan menggambar, apalagi saat kuliah tentu juga diajarkan pula teknik-teknik menggambar yang baik. Ditambah, sistem penerimaan mahasiswa Arsitektur yang sekarang menggunakan tes tulis, tidak seperti dulu yang disertai tes gambar.

Jadi tidak ada lagi alasan untuk membuang mimpi menjadi seorang Arsitek hanya karena kemampuan menggambar yang pas-pasan, selamat berjuang!

 

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *